Manusia Pembelajar
"Jangan pernah berhenti belajar karena kehidupan tidak pernah berhenti mengajar. Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua."

Popular Posts

Semesta mendingin seperti diramal teori Dentuman Besar

Kamis, 24 Januari 2013 12:24 WIB 
Gambaran semesta terdalam dari teleskop Hubble milik NASA. (NASA; ESA; G. Illingworth, D. Magee, and P. Oesch, University of California, Santa Cruz; R. Bouwens,)

Jakarta (ANTARA News) - Dengan menggunakan teleskop radio CSIRO di Australia untuk mencatat temperatur Alam Semesta, para astronom mendapati fakta bahwa Alam Semesta ternyata telah mendingin sebagaimana diramalkan teori Dentuman Besar.

Tim ilmuwan dari Swedia, Perancis, Jerman dan Australia berhasil mengukur suhu Semesta yang turun sampai setengah dari usia Semesta.

"Ini adalah pengukuran paling teliti yang pernah dibuat mengenai bagaimana Semesta telah mendingin selama 13,77 miliar tahun usianya," kata Dr Robert Braun, Kepala Ilmuwan pada CSIRO Astronomy and Space Science, seperti dikutip Science Daily dotcom.

Megingat cahaya memerlukan waktu untuk melintas, maka ketika manusia melihat ke angkasa maka apa yang dilihatnya adalah Semesta di masa lalu. 

Oleh karena itu, untuk melihat kembali separuh jalan dari sejarah Semesta, maka manusia perlu melihat separuh perjalanan Semesta.

Lantas, bagaiman suhu Semesta bisa diukur dalam jarak yang begitu jauh seperti itu?

Caranya, para astronom mempelajari gas pada sebuah galaksi tak bernama yang jaraknya 7,2 miliar tahun cahaya.

Satu-satunya faktor yang membuat gas ini tetap hangat adalah radiasi belakang kosmik, yaitu cahaya yang tersisa dari Dentuman Besar.

Kebetulan, ada galaksi lain yang lebih kuat dan berbentuk quasar yang dinamai PKS 1830-211, terhampar di belakang galaksi tidak bernama di atas.

Gelombang radio dari quasar itu menembus gas di latar depan galaksi tak bernama itu. 

Ketika itu terjadi, molekul-molekul gas menyerap energi dari gelombang radio ini, lalu meninggalkan "jejak" pada gelombang radio tersebut.

Dari "jejak" ini para astronom menghitung temperatur gas itu yang ternyata suhunya mencapai 5,08 Kelvin (-267,92 derajat  Celsius) alias luar biasa dingin namun tetap lebih hangat dibandingkan suhu Semesta sekarang yang mencapai 2,73 Kelvin (-270,27 derajat Celsius).

Menurut teori Dentuman Besar, suhu radiasi di belakang kosmik turun perlahan begitu Semesta melar. 

"Itulah yang kami lihat dari pengukuran-pengukuran kami itu. Semesta pada beberapa miliar tahun lalu lebih hangat beberapa derajat dibandingkan sekarang, persis seperti diprediksi teori Dentuman Besar," kata kepala tim peneliti Dr Sebastien Muller dari Observatorium Ruang Angkasa Onsala pada Universitas Teknologi Chalmers, Swedia. 


Editor: Jafar M Sidik
Sumber:  http://www.antaranews.com/berita/354736/semesta-mendingin-seperti-diramal-teori-dentuman-besar

Siswa Indonesia Ikut Olimpiade Bahasa Jerman

JAKARTA, KOMPAS.com- Sebanyak 63 siswa sekolah menengah dari 25 provinsi di Indonesia lolos ke babak final Olimpiade Bahasa Jerman Nasional yang bakal digelar di Jakarta pada 29-30 Januari mendatang.
Program tahunan Goethe-Institut Indonesien ini terselenggara bekerjasama dengan Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Jerman, serta didukung Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Bahasa dan Kedutaan Besar Republik Federal Jerman.
Peserta yang lolos ke babak final diseleksi dari 400 siswa. Mereka akan diuji kemampuan berbahasa Jerman sehari-hari secara tertulis dan berbicara, seperti memahami acara di radio, melakukan percakapan mengenai minat dan hobi, memahami informasi dari sebuah surat atau artikel surat kabar atau menulis pesan.
Nila Suri dari Goethe-Institut Indonesien di Jakarta, Kamis (24/1/2013), mengatakan, pemenang mendapat hadiah program kunjungan ke Jerman yang diberikan Dinas Pertukaran Pendidikan.
Puncak olimpiade tahun ini juga dimeriahkan dengan pesta kostum karnaval ala Jerman dengan tema tokoh-tokoh dongeng jerman dalam rangka perayaan 200 tahun kumpulan dongeng pertama yang diterbitkan tahun 1812 oleh Jacon dan Wilhelm Grimm.
 
 Penulis : Ester Lince Napitupulu
Editor : Marcus Suprihadi
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/24/18431122/Siswa.Indonesia.Ikut.Olimpiade.Bahasa.Jerman

Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa


Oleh: Joko Sutrisno, S.Si., M.Pd.

Abstract

Inquiry-Based Learning is a common method in teaching science that often associated with the active nature of student involvement, investigation and the scientific method, critical thinking, hands-on learning, and experiential learning. It will be studied in this paper whether or not the method of inquiry-based learning influences the student motivation to learn. Using some theories of motivation, it was found that inquiry method positively influences the learning motivation of students. This positive influence occurs when the learning through inquiry method is conducted in appropriated conditions, for example the questions that teachers provide have to produce arousal and student curiosity.

I. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah ini. Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat.

Strategi meningkatkan motivasi belajar siswa sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru karena terdapat banyak faktor – baik internal maupun eksternal – yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Guru menerapkan prinsip-prinsip motivasi belajar siswa dalam desain pembelajaran, yaitu ketika memilih strategi dan metode pembelajaran. Pemilihan strategi dan metode tertentu ini akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa.

Upaya meningkatkan motivasi belajar inilah yang menarik untuk dikaji lebih jauh, sehingga dalam paper ini akan dilakukan studi mengenai pengaruh metode pembelajaran inquiry dalam belajar Sains di sekolah terhadap motivasi belajar siswa itu sendiri. Dalam lingkup yang lebih umum, meningkatnya motivasi belajar siswa juga akan mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Penyelesaian masalah yang akan dikaji dalam paper ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebagai catatan, penyebutan metode inquiry dalam keseluruhan paper ini mengacu kepada metode inquiry dalam pembelajaran bidang Sains.

Perumusan Masalah

Dalam paper ini, masalah utama yang dicoba dipecahkan adalah apakah terdapat pengaruh metode belajar inquiry dalam belajar Sains di sekolah terhadap motivasi belajar siswa?

II. Deskripsi Teoretik

A. Metode Belajar Inquiry

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).

Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” Sains. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990).

Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.

Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).

Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.

Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.

B. Teori – teori Motivasi

Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984).

Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.

Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandangnya, yaitu behavioral, cognitive, psychoanalytic, humanistic, social learning, dan social cognition.

1. Teori-teori Behavioral

Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu; ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).

Pada tahun 1943, Clark Hull mengemukakan Drive Reduction Theory yang menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin bermacam-macam bentuknya (Budiningsih, 2005). Masih menurut Hull, suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Menurut teori Hull, dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004). Lebih jauh Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk:

Behaviour = Drive × Habit

Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).

Pada periode 1935 – 1960, Kurt Lewin mengajukan Field Theory yang dipengaruhi oleh prinsip dasar psikologi Gestalt. Lewin menyatakan bahwa perilaku ditentukan baik oleh person (P) maupun oleh environment (E):

Behaviour = f(P, E)

Menurut Lewin, besar gaya motivasional pada seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan lingkungannya ditentukan oleh tiga faktor: tension (t) atau besar kecilnya kebutuhan, valensi (G ) atau sifat objek tujuan, dan jarak psikologis orang tersebut dari tujuan (e).

Force = f(t, G)/e

Dalam persamaan Lewin di atas, jarak psikologis berbanding terbalik dengan besar gaya (motivasi), sehingga semakin dekat seseorang dengan tujuannya, semakin besar gaya motivasinya. Sebagai contoh, seorang pelari yang sudah kelelahan melakukan sprint ketika ia melihat atau mendekati garis finish. Teori Lewin memandang motivasi sebagai tension yang menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuannya dari jarak psikologis yang bervariasi (Berliner & Calfee, 1996).

2. Teori-teori Cognitive

Pada tahun 1957 Leon Festinger mengajukan Cognitive Dissonance Theory yang menyatakan jika terdapat ketidakcocokan antara dua keyakinan, dua tindakan, atau antara keyakinan dan tindakan, maka kita akan bereaksi untuk menyelesaikan konflik dan ketidakcocokan ini. Implikasi dari hal ini adalah bahwa jika kita dapat menciptakan ketidakcocokan dalam jumlah tertentu, ini akan menyebabkan seseorang mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya, dan selanjutnya mengubah lebih jauh perilakunya (Huitt, 2001).

Teori kedua yang termasuk dalam teori-teori cognitive adalah Atribution Theory yang dikemukakan oleh Fritz Heider (1958), Harold Kelley (1967, 1971), dan Bernard Weiner (1985, 1986). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu mencoba menjelaskan kesuksesan atau kegagalan diri sendiri atau orang lain dengan cara menawarkan attribut-atribut tertentu. Atribut ini dapat bersifat internal maupun eksternal dan terkontrol maupun yang tidak terkontrol seperti tampak pada diagram berikut.

Internal

Eksternal

Tidak terkontrol

Kemampuan (ability)

Keberuntungan (luck)

Terkontrol

Usaha (effort)

Tingkat kesulitan tugas

Dalam sebuah pembelajaran, sangat penting untuk membantu siswa mengembangkan atribut-diri usaha (internal, terkontrol). Jika siswa memiliki atribut kemampuan (internal, tak terkontrol), maka begitu siswa mengalami kesulitan dalam belajar, siswa akan menunjukkan perilaku belajar yang melemah (Huitt, 2001).

Pada tahun 1964, Vroom mengajukan Expectancy Theory yang secara matematis dituliskan dalam persamaan: Motivation = Perasaan berpeluang sukses (expectancy) × Hubungan antara sukses dan reward (instrumentality) × Nilai dari tujuan (Value)

Karena dalam rumus ini yang digunakan adalah perkalian dari tiga variabel, maka jika salah satu variabel rendah, motivasi juga akan rendah. Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut harus selalu ada supaya terdapat motivasi. Dengan kata lain, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dalam aktivitas belajar.

3. Teori-teori Psychoanalytic

Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan oleh Freud (1856 – 1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan atau perilaku merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal yang terdiri dari dua kategori, yaitu hidup (sexual) dan mati (aggression). Erik Erikson yang merupakan murid Freud yang menentang pendapat Freud, menyatakan dalam Theory of Socioemotional Development (atau Psychosocial Theory) bahwa yang paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial (Huitt, 1997).

4. Teori-teori Humanistic

Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954). Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut Maslow, manusia hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya jika deficiency needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow merupakan cara yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan (Atkinson, 1983).

Teori Maslow mendorong penelitian-penelitian lebih lanjut yang mencoba mengembangkan sebuah teori tentang motivasi yang memasukkan semua faktor yang mempengaruhi motivasi ke dalam satu model (Grand Theory of Motivation), misalnya seperti yang diusulkan oleh Leonard, Beauvais, dan Scholl (1995). Menurut model ini, terdapat 5 faktor yang merupakan sumber motivasi, yaitu 1)instrumental motivation (reward dan punishment), 2)Intrinsic Process Motivation (kegembiraan, senang, kenikmatan), 3)Goal Internalization (nilai-nilai tujuan), 4)Internal Self-Concept yang didasarkan pada motivasi, dan 5) External Self-Concept yang didasarkan pada motivasi (Leonard, et.al, 1995).

5. Teori-teori Social Learning

Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response atau reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner & Calfee, 1996).

6. Teori Social Cognition

Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4 langkah yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan, yaitu 1)Attention, memperhatikan dari lingkungan, 2)Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh, 3)Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang dilihat, 4)Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and punishment) (Huitt, 2004).

C. Teori Curiosity Berlyne

Pada tahun 1960 Berlyne mengemukakan sebuah Teori tentang Curiosity atau rasa ingin tahu. Menurut Berlyne, ketidakpastian muncul ketika kita mengalami sesuatu yang baru, mengejutkan, tidak layak, atau kompleks. Ini akan menimbulkan rangsangan yang tinggi dalam sistem syaraf pusat kita. Respon manusia ketika menghadapi suatu ketidakpastian inilah yang disebut dengan curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian (Gagne, 1985).

Dalam pembelajaran Sains, ketika guru melakukan demonstrasi suatu eksperimen yang memberikan hasil yang tidak terduga, hal ini akan menimbulkan konflik konseptual dalam diri siswa, dan ini akan memotivasi siswa untuk mengerti mengapa hasil eksperimen tersebut berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dengan demikian, keadaan ketidakpastian yang diciptakan oleh guru telah menimbulkan curiosity siswa, dan siswa akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam dirinya tersebut. Dapat disimpulkan bahwa curiosity merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi. Sejarah juga membuktikan bahwa curiosity memiliki banyak peran dalam kehidupan para penemu (inventor), ilmuwan, artis, dan orang-orang yang kreatif.

Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan curiosity siswa adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-pernyataan, curiosity siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut (Gagne, 1985).

D. Hipotesis

Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa terdapat kaitan yang erat antara peningkatan motivasi belajar siswa terhadap penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Sains.

III. Diskusi

Seperti yang telah diteliti oleh Haury (Haury, 1993), salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa? Sesuai dengan teori curiosity Berlyne, rasa ingin tahu yang dimiliki siswa akan memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan sikap keilmiahan yang baik, konsep-konsep dalam Sains lebih mudah dipahami oleh siswa. Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran Sains juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya, yaitu pemahaman konsep-konsep Sains. Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari penerapan metode inquiry.

Rasa ingin tahu yang tinggi dapat dikaitkan dengan teori Maslow, yang menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang salah satunya kebutuhan untuk mengetahui dan kebutuhan untuk memahami. Oleh karena itu, metode inquiry yang biasa diterapkan dalam pembelajaran Sains secara tidak langsung sebenarnya mencoba memenuhi salah satu kebutuhan manusia tersebut.

Seperti yang telah diuraikan dalam deskripsi teoretik di depan, komponen pertama dalam metode inquiry adalah question atau pertanyaan. Dalam pandangan teori-teori motivasi behavioral, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat diartikan sebagai rangsangan (arousal) atau dorongan (drive). Adanya rangsangan dan dorongan ini menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui kegiatan ilmiah, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan. Kegiatan ilmiah yang dilakukan, sesuai teori Hull tidak lain adalah upaya untuk mengurangi dorongan atau drive.

Yang perlu diperhatikan dalam memberikan pertanyaan kepada siswa adalah bahwa ada rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu sesuai dengan Optimal Arousal Theory. Sebab, jika rangsangan yang diberikan terlalu tinggi, maka motivasi siswa justru dapat turun kembali. Harus juga dipertimbangkan apa yang oleh Field Theory disebut sebagai jarak psikologis ke suatu tujuan; dalam memberikan pertanyaan, sebaiknya “jarak” antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan jawaban yang diharapkan tidak terlalu jauh, supaya motivasi untuk menjawab pertanyaan tersebut besar karena jarak psikologis tersebut berbanding terbalik dengan motivasi.

Dalam pandangan teori-teori motivasi Cognitive, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry sama artinya dengan menciptakan ketidakcocokan (konflik) antara apa yang dipikirkan oleh siswa dengan apa yang seharusnya menjadi jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cognitive Dissonance Theory menyiratkan bahwa jika guru dapat menciptakan konflik-konflik tersebut, maka siswa akan berusaha (termotivasi) untuk mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola pikirnya.

Sementara menurut Expectation Theory, jika seseorang merasa tidak percaya bahwa ia dapat sukses pada suatu proses belajar atau ia tidak melihat hubungan antara aktivitasnya dengan kesuksesan atau ia tidak menganggap tujuan belajar yang dicapainya bernilai, maka kecil kemungkinan bahwa ia akan terlibat dan termotivasi dalam aktivitas belajar. Oleh karena itu, jika metode inquiry diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa memiliki batasan-batasan tertentu, misalnya siswa harus merasa dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan yang disyaratkan dalam metode pembelajaran Inquiry, yang oleh Garton disebut sebagai pertanyaan essential, antara lain harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Garton, 2005).

dapat ditanyakan berulang-ulang

menunjukkan kepada siswa hubungan antara beberapa konsep dalam sebuah subjek

muncul dari usaha untuk belajar lebih jauh mengenai kehidupan, berupa pertanyaan umum dan membuka pertanyaan-pertanyaan lebih jauh

menuntun pada konsep utama subjek tertentu, untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mengetahuinya atau mengapa

memberikan stimulus dan menumbuhkan minat untuk menyelidiki; melibatkan siswa dan menimbulkan curiosity

melibatkan level berpikir yang lebih tinggi

tidak dapat langsung dijawab

tidak dapat dijawab hanya dengan satu kalimat

Contoh pertanyaan essential antara lain:

“Apa yang menyebabkan sebuah zat disebut zat padat, zat cair, atau gas?”

“Darimana datangnya ayam dan bagaimana cara kerja telur ayam sehingga bisa menjadi ayam?”

“Mengapa bentuk bulan berubah-ubah?”

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa bersama-sama mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain, yang oleh Garton disebut pertanyaan unit, untuk menjawab pertanyaan essential. Ciri pertanyaan unit antara lain:

menanyakan konsep-konsep apa saja yang terdapat dalam subjek pertanyaan essential

membantu siswa menjawab pertanyaan essential secara lebih spesifik

Contoh pertanyaan unit antara lain:

Apa saja contoh zat padat, zat cair, dan gas?

Apakah ciri-ciri zat padat, zat cair, dan gas?

Komponen kedua dan ketiga dalam metode inquiry adalah student engangement (keterlibatan) dan cooperative interaction (interaksi kerjasama). Kedua hal ini akan dibahas bersamaan karena memiliki kedekatan. Keterlibatan siswa dan interaksi kerjasama dapat ditinjau berdasarkan teori-teori motivasi Psychoanalitic, Humanistic, dan Social Cognition.

Dalam pandangan Theory of Socioemotional Development, yang paling mendorong atau memotivasi perilaku manusia dan pengembangan pribadi adalah interaksi sosial. Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, ketika siswa merasa dilibatkan oleh guru (lingkungan) dalam proses menjawab pertanyaan-pertanyaan dan melakukan interaksi dengan sesama siswa melalui kerja kelompok, maka perilaku dan kepribadiannya berubah ke arah yang lebih baik, yaitu ikut aktif terlibat dalam kegiatan dan mau bekerjasama. Supaya keterlibatan dan kerjasamanya dapat diterima oleh lingkungan, maka ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan membaca banyak buku teks. Artinya, motivasi belajar siswa meningkat.

Dalam pandangan teori Maslow, manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri. Kesempatan siswa untuk terlibat dan bekerjasama dalam sebuah pembelajaran dengan metode inquiry dapat dikatakan sebagai kesempatan untuk memenuhi dua kebutuhan – penghargaan dan aktualisasi diri – tersebut. Dengan demikian, metode inquiry memberikan ruang bagi siswa untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga siswa pun akan memiliki motivasi yang tinggi, tentu saja motivasi dalam belajar.

Keterlibatan dan interaksi kerjasama dalam pembelajaran Sains dengan metode inquiry juga dapat ditinjau berdasarkan teori Social Cognition, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi antara lain melalui attention dan motivation. Attention, artinya siswa memperhatikan lingkungan melalui keterlibatannya. Motivation, artinya lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku. Contoh konsekuensi adalah dianggap tidak aktif terlibat dan tidak dapat bekerjasama. Untuk menghindari konsekuensi ini, siswa termotivasi untuk belajar sehingga konsekuensi yang diperoleh adalah konsekuensi yang positif.

Komponen keempat dalam metode inquiry adalah performance evaluation. Performance evaluation dapat ditinjau dari Expectation Theory yang menyatakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari expectation, reward, dan nilai. Dalam performance evaluation, siswa akan berusaha sebaik-baiknya dengan expectancy mendapatkan reward (misalnya nilai yang baik). Dengan demikian, sesuai teori ini motivasi siswa akan meningkat karena metode inquiri mengandung performance evaluation. Hal sebaliknya dapat dinyatakan bahwa motivasi siswa akan rendah dalam suatu pembelajaran yang tidak memasukkan unsur performance evaluation di dalamnya.

Mirip dengan Expectation Theory, Social Learning Theory juga menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah expectation dan nilai reinforcement. Dengan demikian, melalui performance evaluation ini motivasi siswa akan meningkat karena expectation siswa yang tinggi.

Berdasarkan teori Maslow, dalam performance evaluation siswa diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Artinya, adanya kesempatan ini menyebabkan motivasi siswa meningkat agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Komponen kelima dalam metode inquiry adalah Variety of Resources. Komponen ini dapat dikaitkan dengan teory Curiosity Berlyne yang menyimpulkan bahwa curiosity meningkatkan motivasi belajar siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru menimpulkan ketidakpastian atau konflik konseptual dalam diri siswa. Konflik konseptual ini akan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri siswa. Untuk menjawab rasa ingin tahunya, siswa harus memiliki banyak pengetahuan, yang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber belajar. Artinya, dalam metode inquiry sebenarnya guru menciptakan curiosity siswa, yang meningkatkan motivasi belajarnya, dan guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk memuaskan rasa ingin tahunya tersebut melalui berbagai macam sumber belajar. Tentu saja, peranan guru sangat penting dalam memilihkan sumber belajar yang tepat agar siswa tidak terlalu lama dalam keadaan “belum menemukan jawaban”, karena hal ini dapat menurunkan kembali motivasinya.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran kelima komponen dalam metode inquiry di atas ditinjau dari berbagai teori tentang motivasi dan curiosity terlihat bahwa metode inquiry memberikan kesempatan meningkatnya motivasi belajar siswa. Memberikan kesempatan dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian, masih terdapat batasan-batasan. Misalnya, jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa terlalu sulit (jarak psikologisnya jauh), tidak memberikan rangsangan dan curiosity yang tinggi, maka peningkatan motivasi belajar juga sulit diharapkan. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode inquiry terhadap motivasi belajar siswa.

V. Referensi

Atkinson, Rita., Atkinson, Richard, C., & Hilgard, Ernest, R., 1983. Introduction to Psychology, 8th Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.(Editor), 1996. Handbook of Educational Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan.

Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. (1990). Selecting Procedures for Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303)

Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Gage, N.L. & Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.

Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company

Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.

Haury, L. David. (1993). Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048)

Huitt, W. (1997). Socioemotional development. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University

____. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.

____. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University

Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).

Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.

Wortman, Camille., Loftus, Elizabeth. & Weaver, Charles., 2004. Psychology, 5th Ed. Boston, McGraw-Hill.

Yerkes, R.M. & Dodson, J.D. (1908) The Relation of Strength of Stimulus to Rapidity of Habit-Formation. Journal of Comparative Neurology and Psychology, 18.




[Unduh] Perangkat Pembelajaran SD/MI/SLB

FILE UNDUHAN

1 – Bahasa Indonesia SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus.
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas IV Semester 1-2
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas V Semester 1-2
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas VI Semester 1-2
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

2 – Bahasa Inggris SD MI SDLB Kelas I,II,III,IV,V,VI (1,2,3,4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus Bahasa Inggris Kelas 1,2,3,4,5,6
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 1 Semester 1-2.
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 2 Semester 1-2.
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 3 Semester 1-2.
  7. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 4 Semester 1-2.
  8. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 5 Semester 1-2.
  9. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 6 Semester 1-2.
  10. Program Semester.
  11. Program Tahunan.
  12. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

3 – IPA SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus.
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas IV Semester 1-2.
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas V Semester 1-2.
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas VI Semester 1-2.
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

4 – IPS SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus.
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IPS Kelas 4 Semester 1-2.
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IPS Kelas 5 Semester 1-2.
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) IPS Kelas 6 Semester 1-2.
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

5 – Matematika SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus.
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 4 Semester 1-2.
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 5 Semester 1-2.
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 6 Semester 1-2.
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

6 – PAI SD MI SDLB Kelas I,II,III,IV,V,VI (1,2,3,4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus.
  4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 1 Semester 1-2.
  5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 2 Semester 1-2.
  6. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 3 Semester 1-2.
  7. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 4 Semester 1-2.
  8. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 5 Semester 1-2.
  9. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas 6 Semester 1-2.
  10. Program Semester.
  11. Program Tahunan.
  12. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

7 – PJOK SD MI SDLB Kelas I,II,III,IV,V,VI (1,2,3,4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
  4. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 1 Semester 1-2.
  5. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 2 Semester 1-2.
  6. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 3 Semester 1-2.
  7. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 4 Semester 1-2.
  8. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 5 Semester 1-2.
  9. RPP PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kelas 6 Semester 1-2.
  10. Program Semester.
  11. Program Tahunan.
  12. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

8 – PKN SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
  4. RPP Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Kelas IV Semester 1-2.
  5. RPP Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Kelas V Semester 1-2.
  6. RPP Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Kelas VI Semester 1-2.
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

9 – SBK SD MI SDLB Kelas III,IV,V,VI (3,4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus Seni Budaya dan Keterampilan.
  4. RPP Seni Budaya dan Keterampilan Kelas 3 Semester 1-2.
  5. RPP Seni Budaya dan Keterampilan Kelas 4 Semester 1-2.
  6. RPP Seni Budaya dan Keterampilan Kelas 5 Semester 1-2.
  7. RPP Seni Budaya dan Keterampilan Kelas 6 Semester 1-2.
  8. Program Semester.
  9. Program Tahunan.
  10. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

10 – TIK SD MI SDLB Kelas IV,V,VI (4,5,6) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
  4. RPP Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kelas IV Semester 1-2.
  5. RPP Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kelas V Semester 1-2.
  6. RPP Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kelas VI Semester 1-2.
  7. Program Semester.
  8. Program Tahunan.
  9. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

11 – TEMATIK 1 SD MI SDLB Kelas I (1) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Jaringan TEMATIK Kelas 1 Semester 1-2.
  4. Silabus TEMATIK Kelas 1.
  5. RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TEMATIK Kelas 1.
  6. Program Semester.
  7. Program Tahunan.
  8. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

12 – TEMATIK 2 SD MI SDLB Kelas II (2) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Jaringan TEMATIK Kelas 2 Semester 1-2.
  4. Silabus TEMATIK Kelas 2.
  5. RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TEMATIK Kelas 2.
  6. Program Semester.
  7. Program Tahunan.
  8. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

13 – TEMATIK 3 SD MI SDLB Kelas III (3) Berkarakter

  1. SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  2. Pemetaan SK dan KD (SKKD) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
  3. Jaringan TEMATIK Kelas 3 Semester 1-2.
  4. Silabus TEMATIK Kelas 3.
  5. RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TEMATIK Kelas 1.
  6. Program Semester.
  7. Program Tahunan.
  8. KKM Kriteria Ketuntasan Minimal.

Pengubahan Kurikulum Jangan Terburu-buru


JAKARTA, KOMPAS.com -- Panitia Kerja (Panja) Komisi X DPR masih terus mengkaji perubahan kurikulum pendidikan nasional. Panja menerima masukan dari masyarakat yang terdiri atas organisasi guru, praktisi pendidikan, serta pakar di bidang pendidikan dan kurikulum.
Sejauh ini Panja Kurikulum Komisi X DPR masih melakukan pendalaman terhadap usulan perubahan yang diajukan pemerintah. "Kami sangat berharap pemerintah tidak terpaku pada target pertengahan tahun ini diberlakukan," kata Rohmani, anggota Panja Kurikulum Komisi X DPR, Rabu (23/1/2013).
Dia berpendapat, sangat tidak logis jika pemerintah memaksakan memberlakukan perubahan tersebut pada tahun ajaran baru ini. Menurut Rohmani, masih banyak persoalan yang harus dijawab pemerintah terkait gagasan perubahan kurikulum tersebut. Sebagai contoh, perubahan  kurikulum tersebut belum menunjukkan secara jelas target kualitas SDM yang hendak dicapai. Di samping itu, konsep kurikulum baru tersebut tidak bisa membedakan dengan kurikulum yang ada sebelumnya.
"Kami tahu, kurikulum yang ada harus segera direvisi sesuai tuntutan zaman. Namun perubahannya harus dirumuskan secara seksama untuk melahirkan kurikulum yang bisa memajukan pendidikan nasional," ungkapnya.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/23/2044110/Pengubahan.Kurikulum.Jangan.Terburu-buru

Falsafah Hidup Dari Burung Rajawali


Tahukah Anda bahwa burung rajawali adalah burung yang paling panjang usianya?

Seekor burung rajawali bisa mencapai umur hingga 70 tahun. Tapi untuk mencapai umur tersebut adalah sebuah pilihan bagi seekor rajawali, apakah dia ingin hidup sampai 70 tahun atau hanya sampai 40 tahun.

Ketika burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.

Pada umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan memakan. Dan cakar-cakarnya juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.

Bila seekor rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas. Setelah beberapa lama paruh baru nya akan muncul, dan dengan menggunakan paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayap nya hingga rontok semua dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun.

Burung rajawali ini ibarat kita sebagai manusia. Ketika sebuah masalah datang dalam kehidupan kita dan kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus diambil, dan sering dari pilihan yang kita ambil tersebut kita harus melewati suatu transformasi kehidupan yang menyakitkan bagi jiwa dan tubuh kita. Namun ditengah kesulitan tersebut kita harus ingat ada Tuhan yang menyertai kita, ada masa depan yang Tuhan sediakan untuk kita diakhir perjuangan kita, suatu kehidupan 30 tahun lebih panjang, suatu kehidupan yang lebih baik, suatu pemulihan hubungan, suatu kesembuhan, suatu sukacita ....., suatu yang saudara impikan selama ini.

Sumber : http://giajemursarisurabaya.blogspot.com/2012/10/kisah-burung-rajawali.html

Tentang Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Dalam draft Pengembangan Kurikulum 20013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalahpembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud)

Apakah ini sesuatu yang baru dalam pendidikan kita? Saya meyakini, secara konseptual proses pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini bukanlah hal baru. Jika kita cermati kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya menghendaki proses pembelajaran yang sama seperti apa yang tersurat dalam Kurikulum 2013 di atas. Pada periode KBK dan KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan kebanjiran dengan aneka konsep pembelajaran mutakhir, sebut saja: Pembelajaran Konstruktivisme,PAKEM, Pembelajaran Kontekstual, Quantum Learning, Pembelajaran Aktif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran Kooperatif dengan aneka tipenya, dan sebagainya.

Jika dipersandingkan dengan Kurikulum 2013, konsep-konsep pembelajaran tersebut pada intinya tidak jauh berbeda. Permasalahan muncul ketika ditanya, seberapa jauh konsep-konsep pembelajaran mutakhir tersebut telah terimplementasikan di lapangan?

Berikut ini sedikit cerita saya tentang contoh kasus implementasi pembelajaran mutakhir selama periode KBK dan KTSP, yang tentunya tidak bisa digeneralisasikan. Dalam berbagai kesempatan saya sering berdiskusi dengan beberapa teman guru, dengan mengajukan pertanyaan kira-kira seperti ini:


“Anggap saja dalam satu semester terjadi 16 kali pertemuan tatap muka, berapa kali Anda melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan konsep pembelajaran mutakhir?”

Jawabannya beragam, tetapi sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).

Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan:

1. Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).

Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang ada dibenaknya, ketika mengajar dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.

2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).

Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.

Kembali kepada persoalan Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Pemerintah saat ini telah menyiapkan strategi pelatihan bagi guru-guru untuk kepentingan implementasi Kurikulum 2013 [lihat: Keberhasilan Kurikulum 2013]. Hampir bisa dipastikan, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013.

Pelatihan untuk penguatan keterampilan guru tentang teknis pembelajaran memang penting. Kendati demikian saya berharap dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 ini, tidak hanya bertumpu pada sisi keterampilan saja, tetapi seyogyanya dapat menyentuh pula aspek motivasional. Dalam arti, perlu ada upaya-upaya tertentu untuk membangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan secara konsisten berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013. Bagi saya, upaya menanamkan dan melanggengkan motivasi dan komitmen ini tidak kalah penting atau bahkan mungkin lebih penting dari sekedar menanamkan kemampuan.

Jika ke depannya kita bisa secara konsisten menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013, niscaya kehadiran Kurikulum 2013 akan lebih dirasakan manfaatnya. Dan tampak disini pula letak perbedaan yang sesungguhnya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya. Tetapi jika tidak, lantas apa bedanya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya?




Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/01/20/pendekatan-dan-metode-pembelajaran-dalam-kurikulum-2013/

Belum Cukup Usia, Jangan Paksa Anak Bersekolah


 
shutterstock .Sudah mulai bisa menulis dan membaca belum berarti anak Anda sudah siap bersekolah.

 
JAKARTA, KOMPAS.com Lantaran ingin buah hatinya siap dalam menghadapi dunia pendidikan dan cepat mahir, banyak orang tua berlomba mendaftarkan anaknya untuk mengenyam bangku pra-sekolah. Bahkan, terkadang orang tua langsung memasukkan anak ke sekolah dasar (SD), padahal usianya belum sampai enam atau tujuh tahun.

Psikolog anak, Roslina Verauli, mengatakan bahwa usia harus menjadi pertimbangan orang tua dalam mengambil keputusan untuk memulai pendidikan formal pada anak. Pasalnya, jika anak dipaksa bersekolah saat usianya belum sesuai maka dampaknya kurang baik ke depannya.

"Lihat usianya dulu. Jangan dipaksakan. Karena teman seusia atau sebaya dalam satu kelas itu bisa membuat mereka frustrasi," kata Roslina kepada Kompas.com, Senin (14/1/2013).

Kendati demikian, ia tidak menampik bahwa ada anak-anak yang mampu menyesuaikan diri dan belajar bersama dengan teman yang usianya lebih tua. Contoh saja, siswa kelas satu SD biasanya berusia enam hingga tujuh tahun, tapi ada anak berusia lima tahun sudah duduk di bangku SD dan kemampuannya setara.

"Memang awalnya bisa. Tapi itu untuk saat ini saja. Kita harus lihat efek ke depannya," jelas Roslina.

"Sekarang kelas satu masih bisa sama dan mengejar pelajaran. Tapi saat kelas empat nanti, teman-temannya sudah memasuki fase yang berbeda karena beda usia. Ini akan membawa pengaruh bagi anak tersebut," imbuhnya.

Untuk itu, orang tua harus melihat usia buah hatinya. Jika memang masih terlalu kecil maka akan lebih bijak untuk memilihkan taman bermain yang sesuai karakternya. Meski terkadang anak sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung pada usia dini, hal itu bukan jaminan anak siap bersekolah.

Dalam hal ini, yang perlu dikembangkan adalah pengajaran dari orang tua di rumah dan komunitas yang tepat bagi anak untuk bermain dan berinteraksi. Orang tua bisa terus mengasah kemampuan membaca dan menulis anak dengan sederhana.

Hal utama yang tak boleh terlupakan adalah mengenali kebutuhan anak Anda. Tak hanya soal kebutuhannya yang terkait usia, tetapi juga keunggulan dan kelemahannya, juga kesenangannya. Lalu, libatkan anak dalam menentukan sekolah yang tepat.

Memilih sekolah bukan merupakan hal yang mudah. Nantikan sejumlah pengalaman orang tua dalam mencari dan memutuskan sekolah yang tepat untuk buah hatinya.

Penulis : Riana Afifah
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/20/10063656/Belum.Cukup.Usia..Jangan.Paksa.Anak.Bersekolah 

Libatkan Anak Saat Memilih Sekolah

Shutterstock Ilustrasi.
JAKARTA, KOMPAS.com – Para orangtua tentu ingin agar buah hatinya bisa menerima pendidikan yang berkualitas. Pilihan sekolah yang beragam ditawarkan di depan mata. Orangtua berlomba-lomba mencari sekolah yang bagus menurut orangtua dan rela mengeluarkan biaya mahal demi pendidikan yang berkualitas.

Hanya saja, psikolog sekaligus pemerhati pendidikan anak, Seto Mulyadi, mengatakan orangtua kerap lupa bahwa yang bersekolah adalah anak-anaknya, bukan orangtua!

Oleh karena itu, pria yang akrab dipanggil Kak Seto ini menganjurkan agar para orangtua mengetahui kriteria apa yang patut dipertimbangkan dan mengenali lebih dulu kebutuhan anak-anak dalam pendidikan. Caranya, anak diberikan hak bersuara untuk menentukan sekolah yang menyenangkan baginya untuk belajar dan bermain.

Jika Anda tertarik datang ke sejumlah open house playgroup dan sekolah yang menarik bagi Anda, cobalah ajak anak untuk ikut serta. Anak-anak bisa melihat kondisi belajar–mengajar yang ditawarkan dan kondisi sekolah pada umumnya.

"Anak-anak harus dilibatkan. Biarkan mereka melihat situasi sekolahnya dan pola belajar di sekolah itu," kata Kak Seto kepada Kompas.com.

Saat mendatangi sebuah sekolah, ajak anak Anda untuk melihat-lihat kondisi dan lingkungan sekolah tersebut. Biarkan anak merasakan situasi kelas dan mengenal fasilitas yang ada di sekolah. Lalu ajak anak berbicara dari hati ke hati untuk mengetahui apa yang menarik dan menyenangkan bagianya. Bertanyalah untuk mengenal “penilaiannya”.

Apa kebutuhan anak Anda?


Menurut Kak Seto, di tengah pilihan sekolah yang beragam dengan program unggulan yang bermacam-macam pula, anak bisa menjadi indikator utama mengenai sekolah yang tepat atau tidak bagi kebutuhan anak. Sebaik apapun sekolah yang dituju oleh orang tua, jika anak tidak menyukai pola pengajaran yang ada di sekolah tersebut maka dampaknya tidak akan baik.

"Ada anak yang senang sekolah sampai sore. Ada yang tidak sehingga menjadi tidak antusias dan malah menjadi malas. Itu harus diperhatikan," tambahnya.

Kak Seto mengatakan, anak-anak memiliki kebutuhan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Orangtua harus mengenali kelebihan dan kebutuhan masing-masing anak untuk memilih sekolah dan tingkatan pendidikan yang tepat.

"Anak itu berbeda-beda. Misalkan si kakak suka belajar di sekolah A. Orang tua tidak bisa begitu saja memasukkan adiknya ke sekolah yang sama," ungkap Seto.

"Bisa saja satu anak cocok dengan pola pengajaran sekolah A. Belum tentu anak lain juga cocok. Nah, kakak-adik juga seperti itu. Belum tentu kakaknya suka, lalu adikknya juga suka," tambahnya lagi.

Salah satu pertimbangan untuk mengenali kebutuhannya adalah mempertimbangkan usia anak.  Psikolog Anak, Roslina Verauli, menambahkan, orangtua juga harus mempertimbangkan usia dalam mengambil keputusan untuk memulai pendidikan formal pada anak.

Roslina menganjurkan untuk tidak memaksa anak bersekolah saat usianya belum sesuai. Bisa saja, saat usia tertentu kecerdasan mereka lebih baik daripada anak lainnya. Namun, coba pertimbangkan kemungkinan yang muncul di masa depan. Kemungkinan seperti apa? Nantikan artikel: 'Belum Cukup Usia, Jangan Paksa Anak Bersekolah'

Penulis : Riana Afifah |
Sumber :http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/19/13201391/Libatkan.Anak.Saat.Memilih.Sekolah

Moratoriam CPNS Telah Distop, Tahun 2013 Dibuka Kembali Penerimaan CPNS


Kabar baik bagi peminat kerja pegawai negeri sipil (PNS). Mulai tahun ini pemerintah menyetop program penghentian sementara (moratorium) penerimaan CPNS baru. Alasan pemerintah moratorium yang sudah berjalan pada 2011 dan 2012 telah efektif mengerem laju pertumbuhan abdi negara baru.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men PAN-RB) Azwar Abubakar mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan berkonsultasi dengan Wakil Presiden Boediono untuk kepentingan pelaksanaan tes CPNS baru 2013.
"Termasuk konsultasi berapa kebutuhan CPNS baru yang akan direkrut tahun ini. Analisa kita sudah hampir matang," tandasnya di kantor BKN, Cawang, Jakarta.
Diperkirakan urusan teknis rekrutmen CPNS baru 2013 akan ditetapkan pemerintah pekan depan. Menteri yang juga kader Partai Amanat Nasional (PAN) itu menuturkan, secara prinsip program moratorium yang berjalan pada 2011 dan 2012 telah menghasilkan dampak yang positif.
Selain berhasil menekan laju pertumbuhan CPNS, Azwar mengatakan moratorium CPNS baru telah melahirkan sistem rekrutmen CPNS jempolan. Yakni berlakukan ketentuan analisis jabatan (anjab) dan analisis beban kerja (ABK). Dengan dua persayaratan itu, instansi pusat atau daerah tidak lagi bisa asal usul formasi CPNS kepada Kemen PAN-RB.
Azwar mengatakan melalui dua persyaratan ini bisa diketahui apakah instansi yang bersangkutan benar-benar membutuhkan CPNS baru. "Sebelumnya mereka asal mengajukan usulan saja. Kami tidak tahu kondisi riilnya," ujarnya. Dia memastikan meskipun program moratorium dihentikan, persyaratan anjab dan ABK tetap wajib diserahkan setiap instansi yang ingin meminta kursi CPNS baru.
"Intinya kebijakan yang baik-baik (dalam moratorium, red) kita pertahankan," kata dia. Termasuk mempertahankan konsorsium sepuluh PTN sebagai pelaksana tes CPNS sekaligus penyiapan naskah soal ujiannya.
Azwar juga memparkan hasil evaluasi penerimaan CPNS baru 2012 lalu. Dia mengatakan secara umum pelaksanaan CPNS 2013 berjalan baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Siswa SMA atau S1 sekarang benar-benar serius belajar, karena saringan CPNS tidak pakai sogok atau calo," ucapnya.
Tetapi dia mengatakan ada pelanggaran serius penerimaan CPNS 2012 yakni di Kabupaten Badung, Bali. Azwar menuturkan Pemkab Badung telah mengotak-atik data peserta yang lolos CPNS. "Ada sekitar 90 nama yang mereka otak-atik. Sekarang sudah diproses hukum," ujarnya.
Azwar mengatakan instansi pusat atau daerah tidak bisa bermain dengan mengotak-atik data peserta yang lulus CPNS. Sebab  Badan Kepegawaian Negara (BKN) memiliki salinan rekapitulasi peserta yang dinyatakan lulus. Sistem seperti ini berjalan karena secara teknis pelaksanaan tes CPNS baru diambil alih pemerintah pusat.
Kepala Bagian Humas BKN Tumpak Hutabarat mengatakan, rekrutmen CPNS baru 2013 sudah hampir bisa dipastikan dijalankan. "Sebab dalam postur APBN 2013 ada postur anggaran untuk gaji CPNS baru," katanya. Tetapi Tumpak tidak hafal secara rinci besaran anggaran tersebut.
Sumber : http://www.pengumuman-cpns.com/2013/moratoriam-cpns-telah-distop-tahun-2013-dibuka-kembali-penerimaan-cpns/#axzz2IrTFgeIE

K1 TMK Karena Pembayaran, Otomatis K2


Rabu, 16 Januari 2013 08:20
Jakarta-Humas BKN, Tidak semua tenaga honorer K1 yang tidak memenuhi kriteria (TMK) akan langsung menjadi K2. Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Bagian Humas Tumpak Hutabarat saat menerima Anggota Komisi I DPRD dan BKD Kabupaten Tegal saat melakukan kunjungan kerja ke Kantor Pusat BKN Jakarta, Selasa (15/1). Lebih lanjut Tumpak menegaskan bahwa apabila tenaga honorer K1  yang yang TMK karena pembayaran, maka akan masuk ke K2 secara otomatis. Hal ini dikarenakan perbedaan antara K1 dan K2 adalah pada sumber pembayaran dari APBD/N dan bukan dari APBD/N.
Kepala Bagian Humas BKN Tumpak Hutabarat (kanan) saat menjelaskan terkait tenaga honorer K1. tampak pula Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Tegal Sugono (tengah) dan Kasubid Formasi Kepegawaian BKD Kabupaten Tegal Y. Rafael Kaha

Kunjungan diterima di Ruang Mawar Lt 1 gedung I Kantor Pusat BKN Jakarta
Kedatangan para anggota DPRD dan BKD Kabupaten Tegal ini berkaitan dengan TMK 27 orang honorer yang ada di Kabupaten Tegal. Terkait hal ini, Tumpak menjelaskan bahwa uji publik atas tenaga honorer K1, KemenPAN-RB memerintahkan BPKP untuk melakukan Quality Assurance, Audit Tujuan tertentu dan Verifikasi ulang. Adapun masalah 27 orang yang TMK tersebut, Tumpak menyarankan supaya BKD mempertanyakan hal tersebut kepada BPKP. fuad

Sumber: http://www.bkn.go.id/in/berita/2228-dokumen-tidak-lengkap-k1-hambat-jadi-k2.html

Cara Membuat Kabel UTP dan Urutan-Urutan Kabel UTP (Straight dan Cross)



23NOV
Beberapa minggu yang lalu saya telah mendapatkan ilmu bagaimana cara mengkrimping Kabel RJ45 dan Urutan Kabel Straight & Cross untuk bisa membuat jaringan pada komputer yang terbuhung secara online ke internet/lokal. Waktu di sekolah namun saya tidak sempat untuk mengambil foto-foto dari kegiatan yang saya lakukan,jadi saya mengambil beberapa foto dari OM GOOGLE hehe..
ok langsung Ikuti saja langkah – langkahnya dibawah ini :
Sebelum melakukan kegiatan ini kita harus mempersiapkan beberapa atal dan bahan :
di antaranya adalah
  • Tank Crimping
  • Kabel UTP
  • Konektor RJ-45
  • Cable Tester
Tank Crimping
 Tank krimping adalah alat untuk memotong kabel UTP dan untuk menjepit ujung konektor,dan ini sangat penting sekali bagi kita yang ingin belajar cara mengkrimping kabel,alat ini bentuknya hampir sama dengan Tank biasa yang sering kita lihat.
Image
Kabel UTP
 Kabel UTP perlu kita gunakan untuk saling menyalurkan jaringan internet,dan di dalam kabel UTP ini di dalamnya ada 8 helai kabel kecil yang berwarna-warni,dan ini warna kabel kecil yang ada di dalam kabel UTP.
ImageImage
URUTAN-URUTAN KABEL UTP (Straight dan Cross):
Image
dalam pemasangan antara kabel dan konektor ada 2 cara yg dapat digunakan yg tentunya utk berbeda
yaitu :
1.Cross over
pemasangan dengang  cara crossover ini digunakan untuk membuat jaringan peer to peer (hubungan 2 komputer).
2. strike through
pemasangan dengan cara strikethrough ini dapat digunakan untuk membuat jaringan lan (lebih dari 2 komputer)
berdasarkan 2 cara diatas kita pilih cara kedua karena kita akan membuat jaringan LAN.
Konektor
Konektor adalah peripheral yang kita pasang pada ujung kabel UTP tujuanya agar kabel dapat kita pasang pada port LAN. Kita harus mempunyai konektor RJ-45 untuk dipasangkan pada ujung kabel UTP. dan alat ini sangat berguna sekali.
Image


Cable Tester
Cable Tester adalah alat untuk menguji hasil krimpingan kita,tapi kalau krimpingan kita salah maka lampu di Cable Tester ini tidak akan menyala dan kalau hasil krimpingan kita sudah benar maka lampu di Cable Tester akan menyala dengan otomatis,jadi alat ini sangan berguna bagi kita untuk mengetahui hasil krimpingan kita,di bawah ini contoh gambar Cable Tester:
Image
Praktek membuat kabel Straight
  • Kupas bagian ujung kabel UTP, kira-kira 2 cm
  • Buka pilinan kabel, luruskan dan urutankan kabel sesuai standar TIA/EIA 368B
  • Setelah urutannya sesuai standar, potong dan ratakan ujung kabel,
  • Masukan kabel  yang sudah lurus dan sejajar tersebut ke dalam konektor RJ-45, dan pastikan semua kabel posisinya sudah benar.
  • Lakukan crimping menggunakan crimping tools, tekan crimping tool dan pastikan semua pin (kuningan) pada  konektor RJ-45 sudah “menggigit” tiap-tiap kabel.
  • Setelah selesai pada ujung yang satu, lakukan lagi pada ujung yang lain
  • Langkah terakhir adalah menge-cek kabel yang sudah kita buat tadi dengan menggunakan LAN tester, caranya masukan masing-masing ujung kabel (konektor RJ-45) ke masing2 port yang tersedia pada LAN tester, nyalakan dan pastikan semua lampu LED menyala sesuai dengan urutan kabel yang kita buat.
  • Dibawah ini adalah contoh ujung kabel UTP yang telah terpasang konektor RJ-45 dengan benar, selubung kabel (warna biru) ikut masuk kedalam konektor, urutan kabel dari kiri ke kanan (pada gambar dibawah ini urutan pin kabel dimulai dari atas ke bawah).
Image
Demikian Penjelasan Pemasangan Kabel UTP semoga bermanfaat 

Cara Download file Di Ziddu


Bagi pemula mungkin akan sedikit kesulitan jika mau Download file yang tersimpan di hosting titipan seperti Ziddu.com, Karena begitu link diklik file tidak langsung terdownload. Agar memudahkan untuk mempelajarinya silahkan saja disimak cara download file di ziddu ini.
Misalnya saja ada ingin download file yang ada linknya seperti ini

Waktu anda klik link download, maka muncul seperti dibawah ini
Silahkan klik button Download, maka selanjutnya akan muncul layar baru dan anda diminta memasukkan verification code sesuai tulisan disampingnya. Setelah itu klik link download


Selesai

Kemenkeu Masih Butuh PNS Baru pada tahun 2013



Kementerian Keuangan menyatakan jumlah jumlah pegawai negeri sipil (PNS/ASN) untuk Kemenkeu yang lulus pada seleksi CPNS/CASN tahun ini masih sangat kurang dari target. Hal ini disebabkan Kemenkeu menjaga kualitasPNS/ASN yang diterima.
Sekretaris Jenderal Kemenkeu Kiagus Ahmad Badaruddin menyatakan pihaknya berharap bisa dapat 700 pegawai baru, namun yang lulus tes hanya sekitar 235 pegawai.
“Ya itu karena menjaga kualitas, jatah 700 kita ingin rekrut tetap memperhatikan calon-calon yang menenuhi syarat. Mereka yang tidak terima itu tidak bisa memenuhi passing grade yang ditentukan,” ujarnya ditemui di sela seminar APBN 2013 di Jakarta.
Karena itu, pihaknya akan membuka kembali lowongan untuk PNS/ASN baru ditambang dengan kebutuhan pegawai tahun depan. Terutama, untuk pegawai Ditjen Pajak dan Bea Cukai.
“Tahun depan dari sisa yang ada dan ada tambahan lagi, ada penerimaan lagi, dan yang banyak itu untuk Pajak dan Bea Cukai untuk mengejar penerimaan negara, kan target pajak dan bea cukai makin besar ke depan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Badaruddin mengimbau, untuk masyarakat yang menginginkan menjadi PNS/ASN perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pasalnya, pada tes CPNS/CASN sebelumnya banyak jumlah pendaftar yang ikut tes tidak memenuhi persyaratan.
“Menyiapkan persyaratan administrasi, IP (indeks prestasi) harus di atas 3 supaya masuk Kemenkeu. Kita welcome putra putri terbaik bisa gabung ke kita. Dia bisa tes dasar, kemudian psikotes, sehat bugar, bebas narkoba, tidak obesitas,” jelasnya.
Badaruddin menambahkan, untuk PNS/ASN yang baru diterima akan diangkat sekitar 1 Desember 2012. Sebelum pengangkatan, para CPNS/CASN ini akan mendapatkan pendidikan pembekalan mengenai integritas dan hanya mendapatkan tunjangan khusus pembinaan negara.


PPCI: PPCI – Kemenkeu Masih Butuh PNS Baru pada tahun 2013 | pengumuman cpns 2012 - 2013 casn asn 

Pencarian Wikipedia

Hasil penelusuran


Arsip Blog

Blogger templates

Blogroll

Copyright © ARIF CAHYADI | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com